Serangan Jantung Tak Selalu Nyeri Dada

Ilustrasi
Ilustrasi

 

Apotek Stasiun – Rasa nyeri di dada seolah ada gajah menduduki kita, dikenal sebagai gejala serangan jantung yang umum. Nyatanya, hampir setengah dari semua serangan jantung yang terjadi kemungkinan tidak memunculkan gejala.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Circulation sebagaimana dilansir kompas.com menunjukkan, 45 persen dari semua kasus serangan jantung di Amerika Serikat tidak bergejala. Meski tidak bergejala, bukan berarti serangan jantung tersebut lebih aman dibanding serangan yang bergejala.

Para peneliti mengambil data sekitar 9.500 orang yang terdaftar di Atherosclerosis Risk in Communities Study. Hasilnya ditemukan, 317 orang mengalami serangan jantung diam dan 386 orang mengalami serangan jantung bergejala.

Para peneliti juga mengamati data tersebut selama dua dekade untuk mengumpulkan informasi mengenai tingkat kematian.

Peneliti menemukan, serangan jantung secara diam-diam itu meningkatkan risiko seseorang meninggal dunia karena penyakit jantung sebesar tiga kali lipat dibanding serangan jantung yang bergejala.

Dokter melihat tanda-tanda serangan jantung diam menggunakan alat ekokardiogram (EKG), yaitu alat yang mengukur aktivitas listrik jantung. Alat itu menunjukkan, mereka yang pernah terkena serangan jantung tak bergejala memiliki perubahan aktivitas listrik jantung.

Peneliti juga menemukan, meski serangan jantung yang diam lebih sering ditemui pada pria, serangan jantung ini lebih berisiko menyebabkan kematian jika terjadi pada wanita.

Direktur Pusat Penelitian Epidemiologi Kardiologi Wake Forest Baptist Medical Center di Carolina Utara, Dr Elsayed Soliman mengatakan, serangan jantung yang diam justru lebih berbahaya.

Menurut dia, banyak pasien yang tak sadar telah mengalami serangan jantung. Akhirnya, mereka pun tak segera mencari pengobatan untuk melakukan pencegahan.

Serangan jantung terjadi ketika pembuluh darah yang membawa darah ke jaringan otot jantung tersumbat. Tanpa aliran darah tersebut, jantung pun tidak bisa bekerja.

Serangan jantung tidak selalu bergejala nyeri dada, sesak napas, hingga pusing. Menurut Elsayed, pesan dari hasil penelitian ini adalah semua orang seharusnya menjaga kesehatan jantung. (*)

Perhatikan Ini Jika Mau Memanaskan Makanan!

Ilustrasi
Ilustrasi

 

Apotek Stasiun – Anda suka memanaskan makanan yang Anda bungkus atau bawa pulang dari sebuah restoran? Ini beberapa nasihat penting dalam mengaduk kentang goreng, kari dan nasi.

Memanaskan makanan yang dibawa pulang, tampaknya seperti ide yang baik di hari-hari yang sibuk– tetapi banyak dari kita mengetahui bahwa itu bisa berbahaya.

Sekitar satu juta orang di Inggris menderita keracunan makanan setiap tahun, dan seringkali itu terjadi karena kita tidak melakukan sejumlah langkah kecil ini.

Dalam program TV Trust Me I’m a Doctor, Michael Mosley menggunakan kamera termal untuk menganalisa apakah memanaskan makanan yang dibungkus dari restoran itu aman atau tidak.

Seperti dijelaskan oleh Mosley dan dikutip dari laman BBC, trik untuk memanaskan makanan adalah sampai 82°C untuk memastikan bahwa Anda dapat membunuh bakteri yang berbahaya.

Itu lebih mudah dikatakan dibandingkan dilakukan: ketika di bagian luar tampak sudah dihangatkan, di dalam bisa jadi masih dingin – menjadi tempat bagi bakteri hidup.

Karena itu penting untuk mengaduk agar seluruh makanan dapat dihangatkan.

Salah satu makanan yang sangat populer untuk dibawa pulang dapat menjadi tuan rumah binatang kecil yang disebut Bacillus cereus.

Setiap makanan yang menjadi dingin, seperti menawarkan peluang bagi bakteri berbahaya untuk berkembang lebih banyak, sehingga sulit untuk membunuh mereka lagi ketika Anda memanaskannya di oven atau microwave.

Terutama untuk nasi yang merupakan salah satu makanan utama yang paling diminati, yang dapat menjadi tuan rumah binatang kecil yang disebut Bacillus cereus.

Ketika berada di dalam makanan, bakteri memproduksi racun yang dapat memicu diare dan muntah-muntah.

Sayangnya, racun-racun ini ‘stabil dalam panas,’ artinya meski Anda memanaskan nasi hingga titik yang dapat membunuh bakteri, racun-racun ini akan bertahan – dan Anda akan segera menderita dampak dari menelan racun-racun ini.

Jika Anda memang ingin menyimpan makanan sisa, Anda harus segera mendinginkan nasi – sebelum bakteri mulai mengeluarkan racun-racun – dan masukkan kulkas dalam rentang satu jam setelah dimasak. Jika tidak, Anda benar-benar ‘bermain rolet Rusia dengan usus Anda,’ kata Mosley. (*)

Kurang Tidur Picu Seseorang Buat Pengakuan Palsu

Ilustrasi. (Foto: aceh.tribunnews.com)
Ilustrasi. (Foto: aceh.tribunnews.com)

 

Apotek Stasiun – Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kurang tidur mempunyai dampak yang buruk. Hal tersebut dapat merusak pikiran serta tubuh, dan akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Menurut laporan, pengurangan jam tidur juga telah digunakan sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menyiksa.

Senate Commitee pada 2014 melaporkan bahwa CIA menggunakan metode pengurangan jam tidur sebagai salah salah satu teknik interogasi lanjutan. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa orang yang tak cukup tidur, lebih memungkinkan untuk membuat pengakuan palsu.

Amnesty International melaporkan bahwa penggunaan teknik interogasi seperti itu tak hanya digunakan pada tahanan di Guantanamo, tapi juga di Gulag– kamp penahanan di mana tawanannya diperintah untuk bekerja paksa yang berada di Soviet.

Mereka menganggap teknik tersebut kejam dan tidak manusiawi.

“Hal tersebut memang tidak terang-terangan seperti hukuman dengan cara mencabut jari seseorang, tapi bisa jadi lebih merusak dan menyakitkan,” tulis psikolog dan peneliti mimpi, Dr. Kelley Bulkeley, dalam sebuah blog Psychology Today.

Kurang tidur yang esktrem mungkin menjadi hal yang dipelajari secara menyeluruh oleh militer. Hal ini disebabkan karena mereka yang sedang menjalankan tugas tidak tidur hampir 72 jam.

Militer Amerika Serikat saat ini sedang meneliti metode untuk membantu tentara agar dapat pergi dalam waktu lama tanpa istirahat tanpa mengganggu kesehatan fisik dan kognitif dari kurang tidur.

Jadi, apa yang terjadi ketika Anda tak tidur dalam waktu yang lama? Berikut ulasan yang dilansir oleh Huffington Post pada Kamis, 25 Februari 2016, sebagaimana dikutip dari situs liputan6.com.

Ini Hal yang Terjadi pada Otak

Fungsi kognitif dasar mulai melambat ketika kita melewatkan tidur malam. Sebuah studi di tahun 2014 yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience, menemukan bahwa hanya dengan kurang tidur selama 24 jam, dapat menyebabkan gejala seperti skizofrenia. Termasuk perubahan persepsi waktu dan tubuh serta sensitivitas terhadap warna, cahaya, dan sinar.

“… Mereka akan berhalusinasi atau berpikir bahwa memahami hal-hal yang tidak benar-benar ada.” ujar seorang ilmuwan saraf di Univeristy of Texas, Dr. David Schnyer, ke Huffington Post.

Regulasi emosi juga terganggu, menurut Schnyer. “Kurang tidur akan mencapai titik disregulasi emosional yang ekstrem, awalnya menangis namun dalam waktu singkat menjadi tertawa tak terkendali.”

Seorang wartawan, Seth Maxon, menulis esai untuk The Atlantic tentang pengalamannya mencoba tak tidur selama 4 hari berturut-turut dalam tur sekolah ke Italia. Seth menjadi kacau, melantur, dan mengalami perilaku yang tak menentu dan pada akhirnya ia dibawa ke rumah sakit jiwa.

Yang Terjadi dalam Tubuh

Kurang tidur dalam waktu yang lama dapat meningkatkan resiko individu mengalami masalah kesehatan, termasuk tekanan darah tinggi, stroke, serangan jantung, dan diabetes.

Dampak kurang tidur akut juga mempengaruhi di hampir setiap sistem pada tubuh. Hal tersebut secara signifikan mengganggu fungsi penting dari sistem kekebalan, yang biasanya aktif saat kita beristirahat.

Hal tersebut menyebabkan penumpukan racun di otak dan aliran darah karena tubuh tak mampu membersihkan diri yang dilakukan pada setiap malam. Ketika kurang tidur, hormon juga tak dapat berfungsi dengan normal.

Kurang tidur mempengaruhi aktivitas restoratif tubuh kita,” ujar Schnyer.

Efek fisik lainnya termasuk gangguan pada tekanan darah dan denyut jantung, serta pencernaan dan metabolisme.

Dalam kasus pengurangan jam tidur yang digunakan dalam interogasi, seseorang akan masuk ke dalam periode singkat microsleep, di mana pikiran akan ‘tergelincir secara singkat’,” ujar Schnyer. Namun hal tersebut tidak banyak membantu dan orang tersebut akan tetap tersiksa.

Pada tingkat yang lebih luas, contoh ekstrem dan tidak etis dari kurang tidur menjadi peringatan kita bahwa hal tersebut dapat merampas pikiran dan tubuh yang merupakan kebutuhan biologis. (*)

Add to cart